Suasana ruang ujian di SMPIT Harapan Bunda Purwokerto, Selasa (26/8/2025) pagi, terasa hening namun penuh konsentrasi. Di layar komputer masing-masing, soal-soal Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hari kedua menanti untuk ditaklukkan.
Jika sehari sebelumnya para siswa menguji diri lewat literasi membaca, maka hari ini giliran numerasi dan sulingjar—singkatan dari survei lingkungan belajar—yang menjadi menu utama. Numerasi menantang siswa untuk mengolah angka, memecahkan masalah, dan menghubungkan logika matematika dengan kehidupan sehari-hari. Tak sekadar hitung-hitungan, soal-soal itu menuntut kecermatan dalam membaca data serta ketekunan dalam menalar.
Di sisi lain, sulingjar menghadirkan pertanyaan yang lebih reflektif. Lewat survei ini, siswa diajak menimbang pengalaman belajar mereka, suasana sekolah, serta interaksi dengan guru maupun teman sebaya. Dari sana, potret pendidikan tidak hanya berbicara angka, melainkan juga bagaimana ekosistem belajar tumbuh dan dirasakan peserta didik.
Kombinasi numerasi dan sulingjar pada hari kedua ini menjadi gambaran bahwa ANBK tidak melulu menguji kemampuan akademik, tetapi juga mencoba membaca denyut kehidupan sekolah. Di balik layar komputer yang menyala, ada upaya menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas menghitung, tetapi juga peka pada lingkungannya.