Lapangan Desa Susukan, Sumbang, Banyumas, Selasa (2/9/2025) pagi tampak riuh. Seluruh kelompok peserta Kemah Bakti 2025 SMPIT Harapan Bunda Purwokerto larut dalam kesibukan mendirikan tenda. Terik matahari tidak menyurutkan semangat mereka. Ada yang memegang pasak, ada yang menegakkan tiang, ada pula yang memastikan tali tertarik kencang.
Bagi sebagian orang, aktivitas mendirikan tenda mungkin terlihat sekadar menyiapkan tempat tidur di alam terbuka. Namun, di balik tiang dan pasak itu, tersimpan nilai pendidikan yang penting bagi remaja seusia SMP. Proses mengikat tali, menyeimbangkan tiang, dan menegakkan tenda adalah latihan kemandirian yang sesuai dengan fitrah perkembangan usia remaja: belajar memecahkan masalah, bekerja sama, dan mengenal kekuatan diri.
Dalam praktiknya, setiap kelompok harus menyusun strategi: siapa yang memegang tiang, siapa yang menahan terpal, siapa yang mengikat tali. Kesuksesan tenda berdiri tegak bukan semata karena kekuatan fisik, tetapi karena kekompakan dan kemampuan mendengar ide teman.
Kemah Bakti 2025 menjadi ruang nyata bagi siswa untuk merasakan pendidikan berbasis fitrah: belajar bukan hanya dari buku, tetapi dari pengalaman. Dari sebuah tenda, mereka belajar bahwa kemandirian tidak lahir seketika, tetapi dipasang dan ditegakkan—seperti tiang yang kokoh karena pasak dan simpul yang kuat.