Setiap kali kita membaca Pembukaan UUD 1945, ada satu kalimat yang selalu menggetarkan hati: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”. Kalimat ini tidak lahir sembarangan. Para pendiri bangsa sengaja meletakkannya sebagai pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan manusia, melainkan juga anugerah dari Tuhan.
Di balik pertempuran, diplomasi, dan pengorbanan para pahlawan, ada campur tangan Allah yang membuat Indonesia akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945. Inilah yang membedakan kemerdekaan Indonesia: ia bukan semata hasil politik, melainkan juga buah doa, ikhtiar, dan pertolongan Ilahi.
Bagi kita hari ini, terutama generasi muda, kalimat itu mengajarkan sikap rendah hati. Betapapun kuat usaha manusia, hasil akhirnya tetap berada dalam genggaman Allah. Kemerdekaan bukan sekadar hak, tetapi juga amanah. Amanah yang harus dijaga dengan akhlak, kerja keras, dan rasa syukur.
Mengisi kemerdekaan berarti mewarisi semangat itu: berikhtiar sebaik mungkin, lalu berserah diri kepada Allah. Sama seperti para pendiri bangsa yang tidak berhenti berjuang, meskipun situasi kala itu sangat berat.
Maka, ketika bendera Merah Putih berkibar setiap 17 Agustus, mari kita ingat kalimat agung dalam UUD 1945: “Atas berkat rahmat Allah…”. Kalimat yang meneguhkan bahwa bangsa ini lahir bukan hanya dari darah dan air mata, tetapi juga dari doa dan rahmat-Nya.