Rabu malam (3/9/2025), langit Desa Susukan, Sumbang, Banyumas, diselimuti udara dingin khas pedesaan. Namun, suasana Kemah Bakti 2025 SMPIT Harapan Bunda Purwokerto justru memanas ketika cahaya jingga api unggun mulai menjilat langit. Seluruh peserta berkumpul membentuk lingkaran besar di lapangan kemah, menatap kobaran api yang menyala gagah di tengah malam.
Dari awal penyalaan, sorak-sorai dan tepuk tangan para siswa menggema, menandai puncak kebersamaan kemah. Lampu-lampu tenda diredupkan, menyisakan cahaya api yang menari, menciptakan bayangan wajah penuh antusias. Lagu-lagu pramuka, yel-yel kelompok, hingga permainan seru bergantian mengisi malam, menghadirkan kehangatan yang memecah dingin udara.
Api unggun bukan sekadar tradisi kemah, melainkan media pendidikan berbasis fitrah remaja. Dalam lingkaran itu, para siswa belajar arti kebersamaan, keberanian tampil, dan kekuatan kerja sama. Mereka menyalurkan energi muda melalui nyanyian dan permainan, sekaligus menumbuhkan rasa syukur atas persaudaraan yang terjalin selama kemah.
“Api unggun melambangkan semangat dan harapan. Anak-anak belajar bahwa seperti nyala api, semangat kebersamaan harus dijaga agar tetap menyala,” ujar ust Edisaat memberikan pesan penutup.
Seiring malam kian larut, api perlahan meredup, meninggalkan bara yang menghangatkan tanah dan hati. Api Unggun Kemah Bakti 2025 menjadi simbol indah bahwa kebersamaan dan persaudaraan akan terus menyala, bahkan setelah kemah usai.