Berjuang Menghafal dan Mengamalkan Tanpa Kata Injury Time

Berjuang Menghafal dan Mengamalkan Tanpa Kata Injury Time

Usai acara wisuda tahfidz dan tahsin SD Harbun 1 kemarin jujur aku sampai usai solat Asar air mata masih deras membasahi dan kalau boleh jujur lagi sebenarnya air mata sudah mulai menitik ketika Khansa mulai tasmi Qs. At Tsur. Ada kenangan tersendiri antara aku dan Khansa dengan surah tersebut.

Ketika sambutan yang disampaikan oleh Tadz Yudi ada peningkatan capaian siswa yang bisa setor hafalan 6 juz. Bila ditahun sebelumnya adalah 11 siswa tahun ini ada 32 dari 84 siswa.

Pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan ada peningkatan?

Jawabannya bisa beragam, asatidz yang berusaha keras, siswanya yang semangat, orang tuanya yang suport dan lain sebagainya.
Padahal jawabannya sebenarnya adalah karena pertolongan Allah. Allah menolong siswa, asatid di sekolah dan orang tuanya di rumah.

Perjuangan menghafal 6 juz selama 6 tahun bagi seseorang yang belum genap berusia 11 tahunan bukan masalah yang mudah.

Main dengan teman sebaya, nonton tv, main hp, sebareg kegiatan belajar kemandirian dan belajar membantu orang tua adalah goda yang tega. Dan itu bisa menjadi hanbatan atau malah tantangan.

Sekadar kisah Derek Redmond adalah atlet lari 400 m yang awalnya berambisi memperoleh medali pada laga olympiade tingkat dunia yang diselenggarakan di Rio de Jenero, Brazil pada tahun 1992.

Namun, ambisi tinggal ambisi karena setelah pistol dibunyikan di garis start diantara 65 pelari top sedunia melesat lari kencang, pada jarak 250 meter yang sudah ditempuh Derek mengalami cedera di kakinya.

Terseok-seok ia mencoba menggerakkan kakinya. Tim medis menghampirinya dan menawarkan tandu untuk membawanya ke tepian lintasan.

Derek yang cedera lantas meninggalkan tim medis, sambil menangis menahan rasa sakit yang menderanua ia terus berlari semampunya, sekuatnya. Bagi Derek yang terpatri dihatinya bukan lagi ambisi medali tapi lebih kepada tanggung jawab dirinya sebagai atlet.

Jim Redmond ayah Derek sekaligus pelatihnya larinya berucap,
“Nak, Kau tak harus melakukan ini, ” lirih berujar Jim kepada Derek.

Diantara isak tangisnya dan perjuangan untuk tetap berlari Derek lantas menjawab,
“Tidak ayah. Dalam perlombaan ini tugas aku bukan tentang menjadi pemenang, tapi aku harus menyelesaikannya.”

“Baiklah Nak, kita akan berjuang bersama-sama hingga garis finish”

Maka Jim Redmond merangkul Derek membantunya hingga menuju garis finish.

Maka ketika sampai garis finish semua yang ada di stadion gemuruh tepuk tangan membahana sebagai apresiasi perjuangan seorang Derek Redmond.

Maka ketika Ustadzah Isna dalam memimpin kegiatan uji publik tahfidz berucap, “Bahkan diantara 32 siswa ada yang berhasil setor hafalan 6 juz di injury time, semalam, “.
Seluruh yang menyimak penjelasan menunjukkan ekpresi hari. Sungguh mereka adalah pejuang-pejuang sejati.

Sebab perjuangan menuntaskan hafalan yang menjadi target 6 tahun 6 juz tanpa iming-iming medali atau apapun adalah hal yang luar biasa.

Sesaat berbincang dengan beberapa walmur, siswa bisa ya hafal 6 juz 6 tahun, lah orang tuanya 35 tahun atau 40 tahun hafalannya mungkin masih qulhu ditambah surah yasin karena rutin dibaca tiap Jumat.

Sebagian lagi berseloroh, “Masih anak-anak ga banyak pikiran.”
Eit jangan salah. Jangan dikira anak-anak ngga mikir, bila baru saja menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena melakukan kesalahan tanpa rekayasa. Mereka juga memikirkan agak lama ketika ditegur ustadz dan ustadzah karena asyik berbicara dengan teman sebelahnya, karena baginya rumus pembagian cepat tak semenarik tema diskusi yang disodorkan temannya, pikiran tidak menang dalam lomba ini itu padahal udah berusaha dengan waktu terbatas dalam mempersiapkan nya. Mereka juga pernah berjuang kurang lebih dua tahunnan lamanya menghafal mandiri karena pandemi cov.-19

Maka lagi-lagi, anak-anak dan orang dewasa sama-sama banyak pikiran yang membedakan adalah tekadnya.

Dan bagi siswa yang hari ini belum setor hafalan hingga 6 juz sungguh perjuangan mereka masih bisa diteruskan dan dilanjutkan. Tidak ada kata injury time dalam proses menghafal dan mengamalkan Al Quran. Tidak hanya untuk siswa, tapi bagi siapa saja. Tidak di Harbun mungkin di tempat lainnya.

Kalimat terindah adalah barakallah untuk siswa, ustadz/ah, orang tua yang sudag mengambil peran seperti Jim Redmond.

Sebagai ungkapan terima kasih hanya menyemat doa buat seluruh ustadz/ah yang sudah all out membersamai anak-anak berproses mencintai Al Quran, semoga ilmunya menjadi aliran pahala yang tak berkesudahan, menjadi wasilah diijabahnya doa-doa. Lelah letihnya menjadi lillah. Aamiin ,
Puri Indah – Dzulqaidah 1445 ( Siti Umaroh )

 

Berita Lainnya

Sistem Asistensi di Kelas

  Kecepatan anak dalam memahami materi pelajaran memang berbeda-beda, ada yang sangat cepat menerima konsep sebuah materi pelajaran, ada yang cepat dan ada pula yang kurang cepat atau standar dalam memahami materi. Belajar di SDIT Harapan Bunda 2 Purwokerto, menekankan adanya kolaborasi dan saling membantu antar siswa bukan sekadar kompetisi untuk merasa menang di atas […]

PRA MUNAQOSYAH WAFA

  Barokallohufikum untuk seluruh peserta yang sudah mengikuti kegiatan Pra Munaqosyah WAFA. Kegiatan tersebut diikuti oleh ✅11 Ustadz/h (Pra Munaqosyah tahap 2) ✅59 siswa (Pra Munaqosyah tahap 1) ✅3 wali murid Sekolah Qur’an SDIT Harapan Bunda (Pra Munaqosyah tahap 1) Program Pra Munaqosyah merupakan ujian kemampuan pemahaman dalam membaca Alqur’an, meliputi: Siswa 1. Tilawah (lisan) […]

LEWAT FIELD TRIP, SISWA LAKUKAN PROBLEM SOLVING PROJECT

Belajar dari masalah lalu mencai solusi alternatif. Iya, hal itu yang dilakukan pada pelaksanaan Field Trip Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Harapan Bunda Purwokerto ke Jakarta beberapa waktu lalu. Perjalanan yang dilakukan siswa kelas delapan dan sembilan ini, bukan sekadar perjalanan biasa. Namun disiapkan untuk siswa melakukan pembelajaran berbasis masalah dan menentukan alternatif solusi. […]
© 2024 Harapan Bunda Purwokerto